Sudah Tahu? Harga BBM Naik Jenis Non Subsidi Kecuali Pertamax RON 92

4 min read

Harga BBM naik untuk jenis non subsidi mulai 2 Agustus 2024 telah resmi diumumkan oleh Pertamina. Menariknya, dari semua produk hanya Pertamax dengan Ron 92 saja yang angkanya masih sama.

Kondisi tersebut menurut Corporate Secretary Pertamina sudah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Kementerian ESDM. Termasuk melihat juga bagaimana dampaknya ke masyarakat secara luas dan APBN.

Ini Alasan Harga BBM Naik Kecuali Pertamax Ron 92

Pemerintah memutuskan harga BBM naik mulai efektif 2 Agustus 2024, hanya saja untuk jenis pertamax dengan Ron 92 masih ditahan agar tidak menimbulkan gejolak

Kenaikan bahan bakar minyak kali ini, memang tidak diikuti Pertamax Ron 92. Hal tersebut wajar saja karena, jenis tersebut sampai saat ini menjadi favorit warga selain pertalite.

Walaupun termasuk dalam jenis non subsidi, kalau ikut dinaikkan akan berdampak lebih buruk. Pastinya APBN akan terbebani karena kebanyakan pemilik kendaraan berpindah ke Pertalite, selain itu alasan lainnya adalah.

1. Situasi Ekonomi Masyarakat

Keputusan harga BBM naik pada dasarnya tidak mudah, hanya saja kebijakan tersebut perlu diambil agar tidak memberi beban pada keuangan negara. Faktor kenaikannya akibat mata uang dan minyak dunia.

Walaupun minyak dunia turun, namun rupiah terus anjlok terhadap Dolar Amerika pada akhirnya Pertamina harus membeli dengan jumlah besar, hal tersebut tidak menutup kemungkinan harus naik.

Pemerintah Indonesia sendiri sebenarnya hanya melakukan subsidi kepada jenis Pertalite saja. Sejak dulu angkanya selalu Rp10 ribu, tidak ada perubahan sama sekali kecuali Pertamax 92 yang cukup signifikan.

Hanya saja saat ini saat harga BBM naik lain melonjak, mengapa jenis tersebut tidak dinaikkan? Jawabannya mudah, untuk menjaga stabilitas perekonomian masyarakat, karena penggunanya cukup banyak.

Ketika ikut dinaikkan kemungkinan, pengendara akan mengurangi melakukan pembelian ke sejumlah produk. Hal tersebut pada akhirnya akan memicu inflasi sehingga, keadaannya kurang kondusif dan akan membebankan masyarakat.

Kondisi seperti ini nantinya juga berdampak pada perekonomian negara, sekaligus ke nilai tukar Rupiah pasti akan menurun. Semakin anjlok, kemungkinan naik akan lebih tinggi, demi terhindar dari defisit.

Maka dari itu, pada semua harga BBM naik untuk jenis non subsidi, pertamax Ron 92 tidak ikut dinaikkan, harapannya masyarakat masih menggunakan dan justru penggunanya semakin bertambah.

2. Menuju Standar Emisi Euro 4

Seperti diketahui saat ini Indonesia masih tertinggal dari negara tetangga, Malaysia yang sudah menerapkan standar emisi Euro 5. Artinya bahan bakar mereka minimal menggunakan Ron 92.

Sampai saat ini Indonesia masih masuk tahap Euro 3, karena penggunaan pertalite belum memenuhi standar, di mana minimal penggunaan Ron 91. Pertalite sendiri masih di angka 90.

Standar emisi ini sangat penting bagi setiap negara, sebagai salah satu upaya mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat polusi. Dengan begini menjamin kualitas udara jauh lebih baik.

Mengingat beberapa tahun terakhir, suhu global meningkat yang mengakibatkan perubahan iklim dunia. Perubahan standar emisi ke minimal Euro 4 harus segera dilakukan, termasuk juga dengan Indonesia.

Kondisi tersebut memang tidak serta merta langsung begitu saja, pasti menimbulkan gejolak luar biasa. Maka dari itu, pemerintah melakukan imigrasi penghapusan Pertalite secara perlahan dengan memangkas selisih harga.

RON 90 dan 92, tidak lebih dari 3 ribu, sehingga saat Pertalite benar-benar dihapus, gejolak yang ditakutkan akan menurun. Bahkan, semua itu tidak akan terjadi apabila pemerintah punya formula tepat.

Percepatan menuju Euro 4 memang harus segera dilakukan, maka dari itu pemerintah melalui pertamina menahan harga BBM naik untuk jenis pertamax dengan begini, proses peralihan tersebut dapat berjalan lancar.

3. Mengurangi Beban Subsidi

Tidak bisa dipungkiri, saat pemerintah menaikkan harganya pengguna Pertamax sedikit banyak akan berpindah. Seperti yang diketahui, saat minyak dunia naik maka perlu ada dana tambahan demi menambal defisit.

Sampai saat ini hal itu terus terjadi pada dua jenis bahan bakar yang dijual oleh pertamina, perbedaannya untuk Pertamax angka subsidinya jauh lebih rendah daripada pertalite.

Ketika selisih keduanya kembali berjarak cukup jauh, beberapa pengguna kendaraan khususnya sektor pekerja akan beralih. Hal itu membuat beban defisit akan semakin bertambah, sehingga tidak efektif untuk keuangan negara.

Walaupun sama-sama harus menanggung beban, namun keputusan menahan RON 92 jauh lebih efektif. Para pengguna setia tidak akan berpaling, dan kemungkinan penggunaannya bisa bertambah walau jumlahnya sedikit.

Kenaikan jenis Green 95 dan Turbo tidak serta merta membuat mereka beralih ke Pertamax. Pangsa pasar dari kedua jenis tersebut adalah konsumen kelas menengah atas yang harus membeli tanpa subsidi.

Jadi, walau harga BBM naik berapa saja jumlah konsumennya tetap saja. Alasannya bukan hanya orang kaya saja, melainkan mereka sudah mengerti bagaimana bentuk perawatannya terutama terhadap mesin.

Terlebih beberapa orang memakai jenis Green 95 atau Turbo 98 mempunyai kelas kendaraan berbeda. Maka dari itu mereka tidak boleh sembarangan mengisi bahan bakar begitu saja.

Harga BBM naik yang diputuskan oleh Pertamina mulai hari ini sebenarnya tidak mengejutkan, beberapa waktu lalu berita tersebut sudah santer terdengar tetapi, baru terwujud hari ini.

You May Also Like